Sabtu, 03 Oktober 2015

Manfaat Bekerjasama

Manfaat Kerjasama


Biar gak bosen, dengan artikel-artikel yang telah saya post. Kali ini kita selingi nonton video ini nih: keren, lucu, tapi bermakna tentunya. :)

Coba diputar dulu videonya ya. . .
http://www.youtube.com/feature=player_embedded
Ok, setelah lihat videonya ada yang teman-teman dapat ?
hahaha. . . keren kan

Tapi yang penting itu esensinya kawan. . . yapp "kerjasama" itu poin adalah nilai utamanya.

Kalau dalam kehidupan manusia tentu istilah ini tak asing lagi. Karena memang pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang artinya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama dalam menjalankan kehidupan.  

Secara sosiologis, bekerjasama (cooperation) merupakan salah satu bentuk proses interaksi sosial yang paling utama. Yang dimaksud dengan bekerjasama adalah kerjasama antar orang perorangan dan antar kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama dalam organisasi.

Kerjasama yang terjalin dalam kelompok tradisional, akan bertambah kuat apabila ada bahaya dari luar yang mengancam dan menyinggung kesetiaan kelompok. Mereka akan bersikap agresif jika dalam jangka waktu lama mengalami kekecewaan yang ditimbulkan oleh adanya rintangan yang bersumber dari luar kelompoknya. Bahkan akan semakin tajam jika kelompok tersebut merasa tersinggung atau dirugikan oleh kelompok lainnya. Dalam batas tertentu, perlawanan yang bersifat kelompok ada baiknya yaitu untuk menciptakan keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, seringkali keadaannya bersifat kontra-produktif, di mana anggota kelompok kurang berinisiatif dan kurang daya kreasinya oleh karena orang perorangan terlalu mengandalkan pada bantuan dari rekan sekelompoknya. Nah lo. . . ternyata ada yang negatif juga, tapi harapannya kerjasama kita adalah kerjasama yang positif dan bermanfaat ya . . .

Adapun manfaat kerjasama sangat besar bagi kehidupan makhluk hidup khusunya manusia, manfaat kerjasama sebagai berikut: 
Kusnadi (2003) mengatakan bahwa berdasarkan penelitian kerja sama mempunyai beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:
  • Kerja sama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan dan peningkatan produktivitas.
  • Kerja sama mendorong berbagai upaya individu agar dapat bekerja lebih produktif, efektif, dan efisien.
  • Kerja sama mendorong terciptanya sinergi sehingga biaya operasionalisasi akan menjadi semakin rendah yang menyebabkan kemampuan bersaing meningkat.
  • Kerja sama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antarpihak terkait serta meningkatkan rasa kesetiakawanan.
  • Kerja sama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat kelompok.
  • Kerja sama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan situasi dan kondisi yang telah baik.
Kerja sama pada intinya menunjukkan adanya kesepakatan antara dua orang atau lebih yang saling menguntungkan dan kedua pihak memberi kontribusi atau peran yang sesuai dengan kekuatan dan potensi masing-masing pihak, sehingga keuntungan atau kerugian yang dicapai atau diderita kedua
pihak bersifat proporsional, artinya sesuai dengan peran dan kekuatan masing-masing. Hal ini menggambarkan bahwa dalam kerja sama, ada rasa senasib sepenanggungan antara pihak yang bermitra. Dalam hal ini risiko yang dihadapi termasuk resiko menderita kerugian dalam pengelolaan usaha ditanggung bersama antara pihak yang bermitra, sehingga resiko yang ditanggung masing-masing pihak menjadi berkurang.

Kerjasama dalam kehidupan akan dapat melahirkan karya – karya besar yang bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sebaliknya konflik pertikaian dapat menimbulkan kerusakan di bumi. Manusia sebagai mahkluk social membutuhkan keberadaan orang lain dan hal ini akan dapat terpenuhi jika nilai-nilai kerukunan tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat.
Jadi kerjasama itu penting kan, stop pertikaian -> Cinta Damai . . .

Sejarah Perang Heroink Surabaya 10 nov 1945

(HARI PAHLAWAN) SEJARAH PERANG HEROIK SURABAYA 10 NOVEMBER 1945

Quote:
Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme

Kronologi penyebab peristiwa

Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.

Insiden di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya


Setelah munculnya maklumat pemerintah Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru / Hotel Yamato (bernama Oranje Hotel atau Hotel Oranye pada zaman kolonial, sekarang bernama Hotel Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.
Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman pada sore hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, Residen Soedirman, pejuang dan diplomat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Koesno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang bendera kembali sebagai bendera Merah Putih.
Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban jiwa di kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi.

Kematian Brigadir Jenderal Mallaby


Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris ditandatangani tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30. Mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah. Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang sampai sekarang tak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut terkena ledakan granat yang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali. Kematian Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh untuk mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.

10 November 1945


Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.
Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan Tentara Keamanan Rakyat TKR juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.
Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar, yang diawali dengan pengeboman udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.
Inggris kemudian membombardir kota Surabaya dengan meriam dari laut dan darat. Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal maupun terluka.
Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo tiga hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris.
Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) shingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris.
Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. [2]. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600 - 2000 tentara. [3] Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.

Bung Tomo di Surabaya, salah satu pemimpin revolusioner Indonesia yang paling dihormati. Foto terkenal ini bagi banyak orang yang terlibat dalam Revolusi Nasional Indonesia mewakili jiwa perjuangan revolusi utama Indonesia saat itu

sumber


Film yang menceritakan dahsyatnya perang Surabaya 10 November 1945


FOTO-FOTO PERANG SURABAYA

Spoiler for Surat Ultimatum Inggris




Spoiler for perang dahsyat









Spoiler for perang








Spoiler for surabaya hujan bom


Spoiler for Meriam Howitzer Membombardir Kota Surabaya


Spoiler for kampung hancur dihujani bom



Spoiler for Rame-2 Jihad ke Surabaya



Spoiler for Panser sekutu dihancurkan arek Surabaya





Cuma melawan Rakyat dengan senjata rampasan dan bambu runcing Jenderal Sekutu Mallaby Tewas 29-30 Oktober 1945
Spoiler for JENDRAL SEKUTU MODAR

Quote:
Pertempuran massal yang tanpa pemimpin dan tanpa komando itu baru menunjukkan tanda-tanda berhenti setelah menjelang siang tanggal 29 Oktober 1945 Presiden Soekarno dengan Wakil Presiden Moch. Hatta dan Amir Sjarifuddin datang ke Surabaya, disambut ‘hujan peluru” akibat arek-arek Surabaya yang masih menguasai pangkalan udara Morokrembangan mengira yang akan mendarat adalah pesawat Inggris. Perundingan yang berlarut-larut dengan Mallaby menghasilkan persetujuan kasar mengenai gencatan senjata. Enam butir teks perjanjian yang disepakati sekitar pukul 18.30 sampai 21.00 ketika Presiden Soekarno mengumumkan gencatan senjata. Tanggal 29 Oktober 1945 itu sepanjang malam secara bergantian wakil presiden Moch. Hatta, Amir Sjarifuddin dan Bung Tomo berpidato di radio mengenai gencatan senjata, jaminan keselamatan evakuasi bekas interniran, penegakan disiplin, yang diakhirin pidato Mallaby yang menggunakan bahasa Inggris agar dimengerti pasukannya. Namun saat Mayor Jenderal Hawthorn dating ke Surabaya pada dini hari tanggal 30 Oktober 1945, masih terdengar bunyi tembakan di sana-sini. Beberapa regu Brigade 49 Mahratta dilaporkan masih terkepung dan ditembaki. Akhirnya, persetujuan antara Presiden Seokarno dengan Mayor Jenderal Hawthorn disepakati di tengah tekanan suara gemuruh tank-tank rampasan di jalanan dan kerumunan arek-arek Surabaya di sekitar gedung yang berteriak-teriak mengumandangkan takbir. Empat butir kesepakatan yang disetujui itu meliputi: pertama, pamphlet yang disebarkan tanggal 27 Oktober 1945 dianggap tidak pernah ada dan TKR serta organisasi bersenjata lainnya tetap diperbolehkan membawa senjata mereka. Kedua, Sekutu melepaskan hak untuk menjaga sebagian besar wilayah kota Surabaya kecuali tempat-tempat di mana pasukan mereka ditempatkan di wilayah pelabuhan dan wilayah orang Eropa di Darmo. Ketiga, bekas interniran di Darmo yang kebanyakan perempuan dan anak-anak dijamin perjalanannya ke pelabuhan dengan naik kendaraan sekutu. Keempat, dibentuk Biro Penghubung sebagai suatu mekanisme pencegahan agar pihak Inggris tidak ingkar janji.
Presiden Soekarno beserta rombongan dan Mayor Jenderal Hawthorn kembali ke Jakarta dengan rasa puas, meski di sejumlah tempat masih terdengar letusan senjata. Beberapa jam setelah kepulangan rombongan dari Jakarta, Mallaby bersama beberapa mobil berisi perwira-perwira Inggris dan tokoh-tokoh pemimpin Jawa Timur serta Biro Penghubung menuju ke Gedung Internatio di barat Roodebrug, bermaksud menghentikan pertempuran yang masih berlangsung. Di tengah kerumunan arek-arek Surabaya yang mengepung Gedung Internatio, terjadi insiden yang tidak tersangka-sangka: mobil yang ditumpangi Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby dan beberapa orang lainnya diledakkan dan Mallaby tewas. Kematian Mallaby tidak saja mengejutkan para pemimpin Indonesia, bahkan membuat terkejut sekaligus gusar pemimpin pasukan Sekutu di Jakarta dan Singapura. Sehari setelah tewasnya Mallaby, Jenderal Phillip Christison, panglima pasukan Sekutu di Asia Tenggara, mengancam akan membawa seluruh kekuatan laut, darat dan udara (Sekutu) serta seluruh persenjataan perang modern menuju ke Surabaya jika para pelaku “pembunuhan curang” atas Panglima Brigade 49 tidak diserahkan. Sementara itu, Letnan Jenderal E.C.Mansergh dengan kemarahan meluap-luap mengirim surat undangan kepada gubernur Jawa Timur R.M.T.Soerjo bersama seluruh tokoh pemimpin di Surabaya untuk mengadakan pertemuan di markas pasukan Inggris di Jalan Jakarta, Surabaya. Namun diam-diam, sesuai ancaman Jenderal Christison, Inggris mengerahkan semua kekuatan militernya ke Surabaya. Begitulah di tengah evakuasi interniran warga Belanda, sejak tanggal 1 November 1945, telah merapat ke pelabuhan Tanjung Perak kapal perang jenis penjelajah HMS Sussex yang bersama kapal torpedo HMS Carron, HMS Caesar, HMS Cavalier mendaratkan 1500 orang pasukan tempur, diikuti HMS Glen Roy, HMS Princess Beatrix, HMS Waveny, HMS SS Bapeta, ditambah empat kapal perang jenis LST dan LCT yang mendaratkan 24.000 orang pasukan tempur, lengkap dengan tank, panser, meriam howitzer, senapan mesin, puluhan ton aminisi, ditambah 25 pesawat tempur jenis Mosquito Thundertbolt, yang semuanya di bawah komando Letnan Jenderal E.C.Mansergh. Seluruh kekuatan militer Sekutu itu, akan digunakan untuk ‘menghukum’ arek-arek Surabaya yang telah membantai hampir habis Brigade 49 Mahratta beserta komandannya, Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby. 
Sejarah mencatat, ketika Letnan Jenderal E.C.Mansergh mengultimatum rakyat Indonesia di Surabaya melalui surat kepada Gubernur Soerjo agar rakyat bersedia menyerahkan semua senjata yang dimilikinya kepada pasukan Inggris paling lambat tanggal 9 November 1945 jam 18.00, justru disambut dengan teriakan takbir dan tantangan oleh arek-arek Surabaya untuk bertempur dengan semboyan ‘Merdeka atau Mati!”. Dan sejarah juga mencatat, satu-satunya jawaban dari pihak Indonesia yang semakin mengobarkan semangat arek-arek Surabaya dan seluruh umat Islam berasal dari fatwa KH Hasyim Asy’ari yang pada 9 November 1945 itu telah mengubah redaksi Resolusi Jihad, dari bunyi semula: “Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe ‘ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh.…” diubah menjadi: “Setiap umat Islam yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari Surabaya fardlu ‘Ain hukumnya membela Surabaya.” - 
Jawaban heroik KH Hasyim Asy’ari inilah yang semakin mengobarkan semangat arek-arek Surabaya dalam menghadapi balatentara Inggris, sehingga sejak malam hari tanggal 9 November 1945 penduduk kampung yang sudah tua, perempuan dan anak-anak diungsikan ke luar kota, karena sesuai ultimatum Inggris, tanggal 10 November 1945 Surabaya akan dibombardir dari darat, laut dan udara, setiap warga laki-laki Surabaya yang menyebut diri ‘Arek-arek Surabaya’ semuanya bersiap-siaga untuk menyongsong kematian dalam Jihad fii Sabilillah. Dengan tekad jihad fii sabilillah itulah, dapat dipahami bagaimana Letnan Jenderal E.C.Mansergh yang semula menghitung, bahwa Surabaya akan jatuh dalam tempo tiga hari, ternyata harus geleng-geleng kepala sambil berkali-kali menggumam,”impossible! Impossible! ketika mendapati kenyataan bagaimana penduduk kota Surabaya yang sebagian besar bersenjata keris, tombak, pedang, sumpit beracun, dan bambu runcing yang dihujani bom dari darat, laut dan udara itu dengan perlawanan sengit mampu bertahan selama 100 hari, yaitu saat garis pertahanan mereka mundur setapak demi setapak sampai di daerah Waru di perbatasan Sidoarjo. 
Dan sebagaimana Letnan Jenderal E.C.Mansergh, sebagian besar sejarawan tidak mengetahui – atau kalau pun tahu dengan sengaja pura-pura tidak tahu peristiwa penting sejarah itu — bahwa sebelum “Perang Rakyat” tiga hari pada 26-27-28 Oktober 1945 yang bermuara kepada pecahnya Perang Surabaya pada 10 November 1945, telah dimaklumkan Resolusi Jihad oleh PBNU di Surabaya, yang menyulut semangat rakyat, begitulah Peristiwa Pertempuran Surabaya dipandang sebagai peristiwa yang berdiri sendiri yang berproses dan meletupkan sejarahnya sendiri atas dasar dorongan dan motivasi dari orang-orang atau golongan-golongan yang berusaha mempahlawankan diri dalam peristiwa besar itu. 
sumber 
Bung Tomo dan Pertempuran Surabaya November 1945


"Selama banteng-banteng Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih mendjadi merah & putih, maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga! (pidato Bung Tomo)"
Berikut saya sarikan siapa Bung Tomo dan cuplikan seperti apa yang dihadapai pasukan Indonesia pada Pertempuran Surabaya.

Bung Tomo Lead pertempuran yang menyebabkan tewasnya Jenderal Sekutu. Setelah Brigadir Jenderal Mallaby tewas, disusul oleh tewasnya Mayor Jenderal Mansergh. Jenderal Mansergh dengan pasukan kelas top dari Divisi 5 yang top. Dia yang ngutus Divisi 5 tsb ke Surabaya. Divisi 5 tsb punya reputasi bagus, Divisi 5 ini sangat terkenal mengalahkan pasukan Marsekal Rommel, perwira Jerman yang legendaris …

Setelah Letnan Jenderal Sir Phillip Christison mengeluarkan ancamannya, dalam waktu singkat Inggris menambah kekuatan mereka di Surabaya dalam jumlah sangat besar, mobilisasi militer Inggris terbesar setelah Perang Dunia II usai. Pada 1 November, Laksamana Muda Sir. W. Patterson, berangkat dari Jakarta dengan HMS Sussex dan mendaratkan 1.500 Marinir di Surabaya. Mayor Jenderal Mansergh, Panglima 5th British-Indian Division, berangkat dari Malaysia memimpin pasukannya dan tiba di Surabaya tanggal 3 November 1945. Masuknya pasukan Divisi 5 yang berjumlah 24.000 tentara secara berangsur-angsur, sangat dirahasiakan. Divisi 5 ini sangat terkenal karena ikut dalam pertempuran di El Alamein, di mana pasukan Marsekal Rommel, perwira Jerman yang legendaris dikalahkan. Mansergh juga diperkuat dengan sisa pasukan Brigade 49 dari Divisi 23, kini di bawah pimpinan Kolonel Pugh, yang menggantikan Mallaby.
Mobilisasi militer Inggris terbesar setelah Perang Dunia II usai…

Bayangkan waktu itu yang di hadapi bung Tomo dkk adalah pasukan top Inggris. … 

Quote:
http://en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Surabaya:
CombatantsInitially British troops were 6,000-strong lightly-armed Indian soldiers from 49th Infantry Brigade of the 23rd Indian Division. When the battle reached its peak, British sent additional troops which consisted of 24,000 fully-armed soldiers from the 5th Indian Division, 24 Sherman tanks, 24 armed aircraft, 2 cruisers and 3 destroyers.[1]
Indonesian forces consisted of 20,000 soldiers from the newly-formed Tentara Keamanan Rakyat (TKR; People’s Security Troops) and estimated 100,000-120,000 irregulars. TKR was formed by the former members of Peta, a semi-military organization during Japanese occupation. The irregulars consisted of pro-Independence mob, armed with rifles, swords, and spears. Some of their weapons were taken from the demoralized Japanese troops.

Sbg perbandingan, saat Jepang/Yamashita menyerbu Malaysia dan Singapura, tentara Inggris di situ, kekuatannya 100ribu lebih, dibabat oleh pasukan Jepang dengan hanya 30rb pasukan (pasukan native Inggris).

Jadi lawan Bung Tomo tsb adalah:

Divisi 5 yang mengalahkan Pasukan Jerman (yang di Lead Marsekal Rommel) di Africa dan
Divisi 23 yang sukses di Burma melawan Pasukan Jepang.
Menurut Woodburn Kirby, korban di pihak tentara Inggris dari tanggal 10 sampai 22 November 1945 di Jawa tercatat 608 orang yang tewas, hilang atau luka-luka, dengan rincian sebagai berikut:

tewas : 11 perwira dan 87 prajurit.
hilang : 14 perwira dan 183 prajurit.
Hampir semua adalah korban pertempuran di Surabaya. Namun diduga, korban di pihak Inggris sebenarnya lebih tinggi, karena menurut Anthony James-Brett, korban di pihak Inggris dalam pertempuran tanggal 28 – 30 Oktober saja sudah mencapai 392 orang, yang tewas, luka-luka atau hilang (18 perwira dan 374 prajurit). Diperkirakan korban di pihak Inggris dalam pertempuran dari tanggal 28 Oktober – 28 November 1945 mencapai 1.500 orang yang tewas, luka-luka dan hilang.
Pihak Indonesia menyebut, bahwa sekitar 300 tentara Inggris asal India/Pakistan melakukan desersi dan bergabung dengan pihak Republik Indonesia.

Dapat dikatakan secara singkat di sini, alasan psikologis-emosional tersebut adalah:

Sekutu/Inggris sebagai super power pemenang Perang Dunia II, telah dipermalukan dengan terpaksa mengibarkan bendera putih, serta terancam akan hancur total;
Sekutu/Inggris sebagai tentara yang tangguh sangat dipermalukan, karena yang tewas adalah komandan brigade, seorang perwira tinggi;

sumber


INILAH PIDATO BUNG TOMO YANG MEMBAKAR SEMANGAT AREK-AREK SUROBOYO UNTUK BERJUANG MELAWAN PENJAJAH
Quote:
Bismillahirrohmanirrohim..
MERDEKA!!!

Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia
terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya
kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini
tentara inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet
yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua
kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara jepang
mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan
mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera puitih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka

Saudara-saudara
di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan
bahwa rakyat Indonesia di Surabaya
pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku
pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi
pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali
pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan
pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera
pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di surabaya ini
di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing
dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung
telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol
telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana

hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara
dengan mendatangkan presiden dan pemimpin2 lainnya ke Surabaya ini
maka kita ini tunduk utuk memberhentikan pentempuran
tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri
dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya

Saudara-saudara kita semuanya
kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini
akan menerima tantangan tentara inggris itu
dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya
ingin mendengarkan jawaban rakyat Indoneisa
ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indoneisa yang ada di Surabaya ini
dengarkanlah ini tentara inggris
ini jawaban kita
ini jawaban rakyat Surabaya
ini jawaban pemuda Indoneisa kepada kau sekalian

hai tentara inggris
kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu
kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu
kau menyuruh kita membawa senjata2 yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamu
tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita
untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada
tetapi inilah jawaban kita:
selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga

Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! keadaan genting!
tetapi saya peringatkan sekali lagi
jangan mulai menembak
baru kalau kita ditembak
maka kita akan ganti menyerang mereka itukita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka

Dan untuk kita saudara-saudara
lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka
semboyan kita tetap: merdeka atau mati!

Dan kita yakin saudara-saudara
pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita
sebab Allah selalu berada di pihak yang benar
percayalah saudara-saudara
Tuhan akan melindungi kita sekalian

sumber

VIDEO PIDATO BUNG TOMO
profile picture
Kaskus Addict #4
Keren gan. 
profile picture
Kaskuser #5
Banyak Gurkha yang mokat di Surabaya.
profile picture
Kaskus Addict #6
Pidato beliau memang sangat legendaris 
profile picture
Kaskus Geek #7
panjang bener gan
ane baca dulu ya
keren banget nih ada fotonya juga
semoga saja HT
profile picture
Kaskus Maniac #8
Hari dimana kakek nenek kita berkata TIDAK 

Ane jadi ingat pada tulisan di monumen peringatan perang yang ane kunjungi bulan Agustus lalu:

Spoiler for


"When You Go Home, Tell Them Of Us And Say,
For Your Tomorrow, We Gave Our Today"

"Saat engkau pulang, ceritakan tentang kami kepada mereka dan sampaikan,
Untuk hari esokmu, kami serahkan hari ini"

Pidato Bung Tomo 
Tujuh puluh tahun kemudian masih sanggup menggugah ane, betapa orang dahulu bahkan lebih nasionalis daripada sekarang yang suka SARA 

Jayalah Indonesia